Setiap
manusia akan terus mengalami perkembangan dalam kehidupan. Perkembangan yang
dialami oleh manusia terdiri dari berbagai aspek, mulai dari perkembangan
fisik, psikis hingga perkembangan iman. Jika mengingat pentingnya pertumbuhan
di dalam diri manusia, maka perlu untuk merumuskan mengenai pertumbuhan yang
membuat manusia bertumbuh menjadi semakin baik.
Tulisan ini akan mencoba membahas
mengenai pertumbuhan berdasarkan perspektif Pendidikan Kristiani. Pembahasan
dalam tulisan ini akan menggunakan teori pertumbuhan dalam buku Horace
Bushnell, yaitu Christian Nurture. Teori
Bushnell di dalam tulisan ini akan menjadi “kacamata” untuk melihat pertumbuhan
anak, khususnya pertumbuhan anak pada masa kini. Hal tersebut menjadi penting
mengingat masa kanak-kanak menjadi salah satu masa krusial dalam pertumbuhan
manusia.
Riwayat Hidup Horace Bushnell
Horace Bushnell adalah seorang teolog yang membawa
pengaruh signifikan bagi Pendidikan Kristiani. Bushnell lahir pada tanggal 14
April 1802. Bushnel adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Bushnell adalah
anak dari ayah seorang petani, tapi Bushnell dibesarkan dalam keluarga yang
beriman dan dididik dengan bijaksana oleh kedua orang tuanya. Keluarga mereka
menjadi keluarga yang harmonis (Boehlke 2011, 439).
Masa kanak-kanak Bushnell dapat
dikatakan cukup bahagia. Bushnell dididik dalam keluarga yang bijaksana dan
dapat bekerja sama satu dengan yang lain. Selain itu Bushnell juga dididik
dalam lingkungan keluarga yang beriman. Akan tetapi pada masa inilah Bushnell
merasakan kemerdekaan seorang anak yang dapat mengambil keputusan sendiri yang
berkaitan dengan iman. Pada usia sembilan belas tahun Bushnell akhirnya menjadi
anggota jemaat Kongregasional. Setelah itu dia melanjutkan pendidikannya di Yale
University. Pada saat menjadi mahasiswa dia dikenal sebagai mahasiswa yang
rajin, cerdas, bijaksana dan aktif dalam berbagai kegiatan (Boehlke 2011, 439-441).
Kebangunan rohani yang melanda Yale University pada
saat itu turut mempengaruhi pengalaman iman Bushnell. Pada masa munculnya
kebangunan rohani tersebut, Bushnell memutuskan untuk beralih dari bidang hukum
ke dalam jabatan pendeta. Ketika sudah menjadi pendeta Bushnell mengkritik cara
berkhotbah para pendeta pada masa kebangunan rohani. Menurut Bushnell cara
berkhotbah yang banyak dipertunjukkan pada masa itu. Bushnell melihat adanya
siasat untuk membuat jemaat memenuhi maksud dari penginjil. Pertentangan
tersebut didasari oleh pemahaman Bushnell bahwa iman akan bertumbuh secara
alamiah di dalam kehidupan, termasuk di dalam rumah tangga (Boehlke 2011,
442-433).
Perjalanan iman Bushnell semakin
berat ketika dia terus mengalami gangguan kesehatan yang mengganggu
aktivitasnya. Di tengah sakit yang dialaminya, Bushnell terus berkarya, baik dalam
karya akademis melalui pemikiran-pemikirannya atau melalui karya nyata di
tengah lingkungannya. Bushnell tetap fokus dalam pelayanan Rohani dan
petualangan imannya. Sampai akhirnya pada 17 Februari 1876 dia menghembuskan
nafas terakhirnya dengan meninggalkan banyak buah pemikiran (Boehlke 2011,
448-449).
Pemahaman Bushnell tentang
Pendidikan Agama Kristen
Bushnell adalah salah satu tokoh yang membawa
pengaruh di dalam pendidikan kristiani. Bushnell menekankan mengenai pentingnya
penanaman nilai-nilai Kristiani. Penanaman nilai di dalam diri manusia yang
dilakukan sedini mungkin. Nilai-nilai yang ditanamkan fokus kepada bagaimana
membuat naradidik mencintai hal-hal baik sedini mungkin (Bushnell 1960, 4).
Jika berdasar pada pemahaman Bushnell maka pendidikan Kristiani fokus pada
penanaman nilai-nilai kebaikan.
Teori yang dipaparkan oleh Bushnell
pada saat itu berdasarkan konteks kebangunan rohani. Pada saat itu gereja dan
orang tua cenderung mengabaikan pengajaran dan pertumbuhan dalam Iman Kristen. Padahal
tuntunan dalam pertumbuhan anak mampu membuat anak mengenal berbagai hal di
dunia. Pemahaman yang berkembang pada saat itu justru menekankan mengenai kuasa
Roh yang mengubahkan pemahaman iman orang-orang, termasuk anak-anak secara
radikal (Lawson 2001, 23).
Pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar. Pertumbuhan anak ditentukan juga oleh didikan di sekitarnya. Orang tua
menjadi pendidik terdekat bagi anak. Akan tetapi orang tua juga bisa membawa
pengaruh kurang baik dalam pertumbuhan anak. Bushell dalam teorinya membahas
mengenai peran orang tua dalam pertumbuhan anak. Menurut Bushnell orang tua
jangan memaksakan harapan pada anak dalam masa pertumbuhan. Anak bertindak
sesuai dengan perasaan yang dialami saat itu juga. Hal tersebut akan menjadi
masalah, karena pada masa anak-anak manusia dapat ditanamkan berbagai
nilai-nilai, termasuk nilai kekristenan yang dipaksakan (Bushnell 1960, 5).
Harapan dan ajaran mengenai berbagai
nilai hanya diberikan dari satu sudut pandang. Pertumbuhan di dalam iman
Kristen jangan dipandang hanya dalam satu sisi. Sebagai pendidik, manusia tidak
dapat memusatkan pemahaman nilai hanya kepada dirinya saja. Gereja atau
orang-orang yang memiliki kuasa atas pendampingan dalam pertumbuhan harus mampu
mewujudnyatakan nilai-nilai Kristiani. Masa anak-anak diharapkan menjadi masa
manusia melihat bentuk kebaikan, tidak hanya definisi kebaikan (Bushnell 1960,
7).
Penekanan mengenai kemerdekaan anak jangan sampai
disalahartikan oleh orang tua. Pasalnya orang tua tetap harus menciptakan
kondisi yang baik untuk pertumbuhan anak. Orang tua di dalam proses pendidikan
anak harus menunjukkan nilai-nilai kasih di tengah keluarga. Perbuatan baik
yang dilakukan oleh anak tidak hanya berasal dari keputusan pribadi yang
diambil oleh anak. Pengalaman yang baik mengenai hidup dalam kasih dan dalam
nilai-nilai Kristiani yang membuat anak memahami pengalaman imannya (Boehlke
2011, 467).
Nilai-nilai Kristiani yang harus
ditanamkan menurut Bushnell harus dimulai sejak usia dini. Manusia sejak usia
dini harus ditanamkan mengenai cara hidup di dalam iman Kristiani. Penanaman
nilai-nilai Kristiani sejak dini dapat dimulai dari kedua orang tuanya. Jika
hal tersebut sudah terpenuhi, maka manusia tidak memerlukan perubahan iman yang
radikal. Iman anak akan bertumbuh secara bertahap melalui pengalaman hidup
mereka sehari-hari (Lawson 2001, 23). Hal tersebut juga dapat didukung dengan
kebebasan anak dalam melewati dan menentukan pilihannya dalam perjalanan iman
mereka.
Bushnell juga menekankan mengenai pengajaran akan
perbuatan yang baik dan benar. Ketika membicarakan mengenai perbuatan yang baik
dan benar, orang tua atau pendidik perlu membedakan antara perenungan mengenai
apa itu yang baik dan ketaatan yang dapat diperlihatkan atau dipraktikkan dalam
nilai-nilai kebaikan. Anak-anak jangan hanya diberi penekanan emosional
mengenai hal yang baik dan benar. Akan tetapi anak harus memahami dan mencintai
perbuatan baik melalui hal-hal yang konkret. Ketika hal tersebut tercapai maka
nilai-nilai kebaikan akan menjadi nilai yang vital dalam kehidupan anak-anak,
sebagai bagian dari perjalanan iman anak-anak (Bushnell 1960, 16).
Teologi Bushnell mengenai pengalaman
pribadi turut menentukan pemahaman Bushnell mengenai Pendidikan Kristiani.
Menurut Bushnell proses pertumbuhan dan pemahaman iman seseorang ditentukan
oleh pengalaman pribadi. Pemahaman khas akan sesuatu di dalam kehidupan sangat
tergantung dari pengalaman seseorang. Boehlke memberi ilustrasi seperti dua
orang yang mencoba membandingkan rasa manis sebuah duku, satu menganggap
rasanya manis akan tetapi yang lain tidak. Seperti itulah kira-kira bagaimana
pengalaman pribadi menentukan pemahaman akan nilai kebaikan dan iman (Boehlke
2011, 453).
Bahasa keagamaan hanya dapat diucapkan
melalui kiasan atau ibarat. Ibarat dapat diartikan sebagai sebuah upaya untuk
menggambarkan pemahaman-pemahaman tertentu dengan cara yang lebih mudah
dipahami. Akan tetapi sifat dari bahasa keagamaan hanya sebagai ibarat untuk
menjelaskan pengalaman iman. Ibarat itu tidak sama dengan kenyataan-kenyataan
yang hendak ditunjukkan melalui ibarat tersebut (Boehlke 2011, 454). Berdasarkan
pemahaman tersebut maka ibarat tidak sepenuhnya dapat menggambarkan pemahaman
iman melalui pengalaman pribadi. Pemahaman pribadi tetap menjadi bagian penting
dalam pertumbuhan iman.
Bushnell yang menekankan pada
Pendidikan Kristiani yang fokus pada anak menjabarkan bahwa anak-anak adalah
bagian dari organisme dalam keluarga. Boehlke menjelaskan bahwa Pendidikan Kristiani
di dalam keluarga adalah bagian dari organisme yang belajar bersama. Belajar
bersama akan membuat setiap bagian dari keluarga, termasuk anak akan lebih
dekat dengan prakarsa Allah. Mereka akan memperkuat fondasi kehidupan yang
saling melengkapi satu sama lain, bukan saling mendominasi dan mengupayakan
hidup yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
(Boehlke 2011, 485).
Jika kita melihat penjabaran dari Bushnell,
maka terlihat bahwa anak-anak dalam perkembangan imannya harus tetap dalam
pendampingan lingkungan sekitarnya. Orang tua yang menjadi pendamping paling
dekat bagi anak dalam petualangan imannya. Orang tua harus mampu menyediakan
ruang bagi anak untuk pertumbuhan iman mereka. Kesadaran akan pentingnya
pertumbuhan iman harus disadari betul oleh orang tua. Karena iman anak tidak
akan tumbuh dengan sendirinya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari teori Bushnell
adalah pengembangan diri. Harapan yang hendak dicapai melalui pendekatan ini
adalah iman akan bertumbuh menjadi iman yang tidak statis. Pola asuhan yang
hendak diterapkan oleh Bushnell bukan hanya sekedar penambahan pengetahuan.
Akan tetapi yang hendak ditekankan oleh Bushnell adalah teori dan praktik dalam
nilai Kekristenan (Boehlke 2011, 462).
Pertumbuhan Iman Anak pada Masa
Kini
Ada anggapan yang menyatakan bahwa pada masa
kanak-kanak adalah masa yang mudah untuk membentuk seorang manusia. Masa
kanak-kanak dianggap sebagai masa yang paling mudah untuk memasukkan berbagai
nilai kehidupan dalam diri manusia. Jika anggapan tersebut benar, maka pada
masa kanak-kanak tidak tertutup kemungkinan akan mudah membentuk iman manusia.
Untuk memahami perkembangan anak dapat dibantu dengan melihat berdasarkan tiga
tahap perkembangan dalam teori perkembangan kepercayaan James W. Fowler:
·
Eksistensial tak
Terdiferensiasi
Pada masa ini anak-anak berada dalam masa bayi.
Artinya pada masa ini adalah masa penjajakan hubungan dengan lingkungan
sekitar. Pada masa ini anak akan mulai terbentuk rasa percayanya terhadap orang
tua dan lingkungan sekitar. Pada masa ini sulit untuk diteliti secara empiris
mengenai perkembangan iman anak (Downs
1995, 77).
·
Kepercayaan
Intuitif-Proyektif
Anak dalam masa ini berada pada usia enam atau tujuh
tahun. Anak pada masa ini lebih menekankan pada pengalaman inderawi dalam
membentuk pemikirannya. Sehingga penjelasan mengenai orang tua yang sifatnya
sebab-akibat sulit untuk dipahami oleh anak-anak. Pada masa ini juga anak-anak
dalam cara berpikirnya masih egosentris, karena belum mampu untuk mengakomodir
dua pemikiran yang berbeda. Pada masa ini pertumbuhan akan berbahaya jika anak
terlalu dieksploitasi untuk memperkuat ajaran moral doktrinal (Supratiknya
1995, 115-117, 131). Hal tersebut juga tidak menutup kemungkinan terjadi pada
pertumbuhan iman.
·
Kepercayaan
Mistik-Harfiah
Pada masa ini anak akan memiliki pemikiran yang
lebih logis dan terstruktur. Pada masa ini juga anak akan belajar untuk
memisahkan hal-hal yang nyata dan semu. Pertumbuhan pada masa mistis harafiah
akan mampu membantu anak untuk memadukan pengalaman ke dalam bentuk cerita. Pada
masa ini juga anak-anak telah mampu mengambil perspektif dari orang-orang
dewasa di sekitarnya dan membandingkan dengan pengalaman mereka (Supratiknya
1995, 132-133).
Penjabaran mengenai teori
perkembangan kepercayaan dari James W. Fowler tersebut dapat dikatakan
mendukung teori Bushnell tentang pertumbuhan iman dalam kehidupan. Tiga bagian
tahapan perkembangan iman dalam teori Fowler menunjukkan adanya proses
pemaknaan dalam ketiga tahap tersebut.
Pemaknaan di dalam kehidupan dapat memunculkan
pengalaman pribadi bagi anak. Pengalaman pribadi akan menentukan bagaimana cara
seorang anak memaknai iman mereka melalui proses perkembangan (Boehlke 2011,
453). Terlepas dari perbedaan cara memaknai hal-hal yang terjadi di dalam
kehidupan, yang terpenting adalah dari proses tersebut anak dapat memahami dan
membentuk cara berpikirnya mengenai hidup mereka, termasuk iman mereka.
Pendidikan yang hendak ditanamkan oleh Bushnell
bertujuan agar perkembangan iman anak dapat berlangsung secara dinamis (Boehlke
2011, 462). Akan tetapi apakah prinsip dari Bushnell masih dapat diterapkan
pada zaman globalisasi seperti sekarang ini? Pertanyaan tersebut muncul
mengingat perbedaan konteks pada masa Bushnell dan masa kini yang terlihat
sangat kontras.
Prinsip dasar yang perlu diingat dalam
pendidikan anak di keluarga dalam teori Bushnell adalah membuat kehidupan yang
kondusif bagi anak. Orang tua harus memberi perhatian yang baik kepada
anak-anaknya. Pasalnya jika orang tua jarang memberikan waktu dan perhatian
untuk anaknya, maka masa-masa untuk melatih kepekaan iman anak dan berproses
bersama anak tidak akan terulang lagi (Boehlke 2011, 480-481).
Anak-anak semakin dekat dengan media informasi,
misalnya televisi. Anak-anak tidak dapat terhindarkan dari berbagai informasi
yang dapat mempengaruhi perkembangan pribadi dan iman mereka. Jika anak-anak
tidak didampingi dalam pertumbuhan mereka, maka anak-anak akan memiliki
sensitivitas yang kurang peka (Carrol 1990, 258-259). Akan tetapi hal tersebut
akan sulit terealisasi jika orang tua tidak memahami betapa pentingnya
pendampingan dalam tumbuh kembang anak, termasuk dalam pertumbuhan iman melalui
proses dan pengalaman dalam kehidupan.
Orang tua seharusnya tidak melalaikan tanggungjawab
untuk mendampingi pertumbuhan anak. Orang tua juga disatu sisi tidak boleh
otoriter terhadap anak. Orang tua dituntut harus menjadi orang tua yang
berwibawa dalam mendidik anaknya. Jika hendak melakukan pendekatan seperti ini
maka perlu disadari oleh orang tua bahwa mereka harus menjadi pihak yang paling
peka terhadap kebutuhan anak. Akan tetapi dalam batas-batas tertentu
berdasarkan situasi dan kondisi yang terjadi pada proses pertumbuhan anak
(Collins 1990, 103).
Jika orang tua telah mampu bijaksana
dalam menyikapi perkembangan anak. Maka orang tua dapat melaksanakan berbagai
hal-hal yang mendukung dalam pertumbuhan iman anak. Usaha orang tua untuk
menjadi lebih bijaksana adalah bentuk upaya mewujudkan orang tua yang mendidik
berdasarkan nilai-nilai Kristen. Orang tua juga harus menyikapi perkembangan
iman anak dengan bijaksana. Selain itu orang tua harus menyadari bahwa orang
tua harus menyediakan sarana yang tepat dan mampu mengembangkan daya berpikir
anak mengenai iman mereka (Boehlke 2011, 481, 488). Akan tetapi yang terpenting
adalah orang tua harus mempraktikkan pemahaman iman mereka agar anak-anak
memiliki contoh yang konkret dalam perkembangan iman (Katolisitas website
2016).
Kesimpulan dan Refleksi
Teori
Bushnell mengenai pertumbuhan secara kristiani berfokus pada anak dan orang
tua. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua dan anak adalah satu kesatuan
dalam keluarga. Perkembangan anak turut ditentukan oleh orang tua dan
lingkungan sekitar. Akan tetapi upaya anak untuk menemukan nilai-nilai
kehidupan dan imannya tidak dapat disisihkan oleh orang tua. Pemahama-pemahaman
yang coba dijabarkan oleh Bushnel masih relevan untuk masa kini, yang
menekankan anak yang terus mengeksplorasi iman dan orang tua yang peka terhadap
anak.
Daftar Acuan
Boehlke,
Robert R. 2011. Sejarah perkembangan
pikiran dan praktek Pendidikan Agama
Kristen: Dari
Yohanes Amos Comenius sampai perkembangan PAK di Indonesia.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Bushnell,
Horace. 1960. Christian Nurture. New
Haven: Yale University Press.
Carrol,
David. 1990. Spiritual Parenting: A
loving guide for the new age parent. New York:
Paragon House.
Downs,
Perry G. 1995. In The power of Fowler. In Nurture
that is Christian: Developmental
Perspectives
on Christian Education. Ed. James C.
Willhoit & John M. Dettoni. 75-90.
Grand Rapids: Baker Books.
Lawson,
Kevin E. 2001. In Historical foundation of Christian Education. In Introducing
Christian
Education: Foundations for the twenty-first Century. Ed. Michael J. Anthony.
17-34. Grand Rapids: Baker Academic.
Supratiknya,
A. Peny. 1995. Teori perkembangan
kepercayaan: Karya-karya penting James W.
Fowler.
Terj. Agus Cremers. Yogyakarta: Kanisius.
Website
orang-tua-dalam-pembinaan-iman-anak/ (diakses 4 Mei
2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar