Latar Belakang Pengajaran Luther
Martin Luther adalah seorang pemikir Kristen yang
mempelopori lahirnya reformasi. Martin Luther adalah seorang pengkhotbah dan
guru yang saleh. Luther menekankan pengajarannya pada pemahaman kekristenan
yang didasari pada kebenaran kitab suci. Pandangannya ini tidak hanya membawa
pengaruh di gereja. Ajaran-ajaran yang dibawa oleh Luther membawa pengaruh bagi
dunia pada zamannya (Grosshans 2001, 13).
Luther bertumbuh dalam masa yang
penuh dengan perubahan. Luther bertumbuh pada masa dinasti Charles V
(1500-1558). Pada masa itu terjadi ledakan ekonomi dan kapitalisme. Banyak
penduduk yang berhasil mengembangkan usaha mereka. Luther dalam hidupnya
memperoleh perjalanan iman yang membuatnya menyadari akan kebesaran Allah. Luther
juga melawan praktek Indulgensia yang menunjukkan penerapan otoritas berlebihan
di dalam gereja katolik. Pendirian Luther untuk mempertahankan prinsipnya
menjadikan kitab suci sebagai pembaru terus dipertahankan meski banyak
rintangan menghadang perjalanan hidupnya (Grosshans 2001, 15-25).
Ajaran-ajaran Martin Luther sangat dipengaruhi oleh
konteks yang terjadi pada masa hidup Luther. Pengaruh ajaran-ajaran Luther
sangat dipengaruhi oleh pergolakan yang terjadi selama masa reformasi gereja. Luther
saat itu berada dalam keadaan yang penuh dengan otoritas di dalam gereja. Pada
masa itu Luther mengkritik pemikiran-pemikiran gereja yang menurutnya kurang
tepat dan tidak menunjukkan perbuatan yang baik (White, 1981).
Ajaran Martin Luther mengenai
Kebaikan
Manusia menurut Martin Luther harus terus berbuat
baik. Manusia harus terus berbuat baik agar membawa dampak di dalam kehidupan.
Dampak baik dari kehidupan terhadap orang lain akan terlihat saat manusia
berusaha untuk lebih baik lagi di dalam kehidupannya. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa manusia tidak menjalani kehidupan yang statis, karena
manusia akan senantiasa terus memperbaiki diri (White 1981, 153).
Ajaran Luther mengenai etika sangat
terkait dengan ajaran Luther mengenai iman Kristen. Ajaran etika Luther
menekankan mengenai kehidupan di dalam Tuhan. Perbuatan baik yang dilakukan
oleh manusia adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan iman yang dimiliki
oleh manusia. Perbuatan baik bukan semata-mata hanya sebagai cara agar manusia
dapat diterima Allah di kerajaan surga. Kebaikan manusia akan dilengkapi di
dalam kematian dan kebangkitan Yesus (Gritsch & Jenson 1976, 137).
Luther juga sangat menekankan mengenai hukum
dalam kehidupan manusia. Menurut Luther manusia memiliki hukum alamiah. Hukum
alamiah yang dimaksud berasal dari kebijaksanaan, pengalaman pribadi dan
korporasi politik. Hukum alamiah hadir di tengah iklim kehidupan yang penuh
dengan berbagai permasalahan. Akan tetapi hukum Allah tetap menjadi yang utama
bagi manusia. Maka dari itu menurut Luther sangat penting hukum untuk diajarkan
kepada manusia, agar manusia memiliki kebijaksanaan untuk menentukan yang baik
dan yang buruk (White 1981, 158).
Manusia menurut Martin Luther
memiliki kebebasan dalam kehidupannya. Akan tetapi kebebasan yang dimiliki oleh
manusia berada bersamaan dengan dosa manusia. Untuk itu keselamatan dari Allah
akan melengkapi kebebasan dalam diri setiap manusia. Akan tetapi kebebasan yang
dimili oleh manusia akan membawa pengaruh pada manusia. Kebebasan manusia akan
mempengaruhi perbuatan baik manusia. Kebebasan manusia akan tetap berada dalam
lingkaran dosa bila kepentingan pribadi dan rasa ingin memiliki masih
mendominasi manusia (Grosshans 2001, 78). Penjabaran pemahaman Luther mengenai
kebebasan memunculkan pemahaman bahwa kebaikan akan sulit terlihat bila latar
belakangnya adalah kepentingan pribadi. Kebaikan juga tidak akan terlihat bila
manusia tidak menggunakan kebebasan dalam dirinya untuk kebaikan bersama.
Luther dan Pemahaman Politik
Manusia di dalam kehidupannya tidak
terlepas dari politik. Pada dasarnya politik tidak hanya berada pada level pemerintahan. Politik menjadi hal
yang diusahakan di dalam kehidupan oleh banyak orang. Alasan mendasar dari
pendapat tersebut karena politik dapat membentuk struktur di dalam kehidupan
manusia. Kehidupan manusia dapat berjalan sesuai kondisi politik yang coba
diterapkan dan diperlihatkan di dalam kehidupan (Rendtorff 1989, 14).
Pemahaman politis yang ditawarkan di
dalam pemahaman Luther berfokus pada upaya mereduksi konsep politik yang penuh
dengan otoritas dan kekuasaan pengadilan. Berdasarkan pemahaman tersebut Luther mencoba
memberikan pemahaman baru mengenai konsep berpolitik. Dalam teologi Lutheran
konsep politik tetap berfokus pada Allah dan manusia sebagai mahluk yang
berdosa. Politik menjadi sarana manusia untuk menjauhkan diri dari kekerasan
yang berdasarkan pada proses penyaliban Yesus Kristus (Rendtorff 1989, 15).
Pandangan lain mengenai politik
dalam kerangka berpikir Luther adalah soal pelayanan. Politik dapat menjadi
sarana untuk melaksanakan hidup yang baik bagi orang lain. Politik dapat
menjadi sarana untuk mewujudkan kehidupan yang baik bersama dengan orang-orang
di sekitar. Hal tersebut didasari pada pengajaran dari Allah melalui hukum
Allah yang dipahami oleh manusia (Gritsch & Jenson 1976, 185). Hukum Allah
menjadi dasar manusia untuk bertindak mewujudkan politik yang berdampak baik
bagi kehidupan semua orang (White 1981, 158).
Pengakuan akan penyertaan Allah
dalam diri manusia menjadi faktor yang sangat penting dalam hidup manusia,
termasuk di dalam pilihan politis manusia. Allah menciptakan manusia menjadi
penggerak kehidupan di dunia, meski dengan berbagai pemahaman yang berbeda-beda.
Intinya bukan pada mempersatukan pemahaman, melainkan pada mengakui kehadiran
Allah dan menguatkan pilihan untuk berbuat kebaikan di tengah pergumulan dan
polarisasi. Politik berdasarkan interpretasi firman Allah membuat manusia
beroritentasi pada masa depan bersama yang lebih baik (Gritsch & Jenson
1976, 185-186).
Pemahaman mengenai politik berdasarkan
kerangka berpikir etik Luther memberi pemahaman mengenai bagaimana proses
politis di dalam kehidupan. Proses politik yang ditunjukkan oleh Luther adalah
sebuah kerangka berpikir untuk memahami politik yang didasarkan pada Allah dan
firman-Nya sebagai pusat dari pemahaman politik secara Kristiani.
Etika yang diajarkan oleh Lutheran
sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran mengenai kuasa Allah dan hukum Allah.
Perbuatan baik di dalam kehidupan, termasuk di dalam politik adalah bagian dari
tanggungjawab moral manusia. Manusia diharapkan tidak hanya mampu memahami dan
mengajarkan berbagai nilai-nilai kebaikan di dalam kekristenan. Manusia
diharapkan mampu menunjukkan hal-hal baik di dalam kehidupan, termasuk di dalam
politik. Akan tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah soal
kebersamaan. Manusia senantiasa harus mengupayakan kebaikan di dalam kehidupan
politis secara bersama-sama (Ulrich 2005, 34). Hal tersebut perlu diperhatikan dan
dilaksanakan karena politik akan membawa dampak sosial. Politik harus membawa
pengaruh baik bagi semua orang.
Tinjauan terhadap Perjalanan
Politik Ahok berdasarkan Etika Luther
Indonesia belakangan ini mengalami pergolakan dalam
dunia politik. Banyak sekali pemberitaan di media massa mengenai politik di
Indonesia. Berita-berita yang disampaikan di media massa sangat beragam, mulai
dari berita pencapaian program kerja, hingga berbagai skandal di dunia politik
yang menghebohkan negeri. Pergolakan politik yang terjadi di Indonesia membuat
mata tertuju pada para pemimpin di negeri ini, mulai dari tingkat tertinggi
hingga tingkat terendah.
Kondisi politik di Indonesia yang
tidak stabil dan penuh kepentingan membuat dimensi sosial politik harus
direfleksikan kembali. Politik yang dilandasi oleh pemahaman akan dimensi politis
manusia yang baik menjadi penting. Pembahasan yang alot dan berbelit-belit di
dalam politik akan menjadi nihil jika tidak menyadari dimensi politis manusia
di dalam pelaksanaan politik.
Dimensi politis manusia adalah
dimensi masyarakat yang ada di dalam sistem politik secara keseluruhan. Dimensi
politis manusia menjadi salah satu landasan di dalam berpolitik. Itu artninya
di dalam pendekatan yang politis perlu memikirkan aspek kemanusiaan di
dalamnya. Artinya berbagai hal yang dilaksanakan dan diputuskan di dalam
politik harus mengacu pada masyarakat secara keseluruhan (Magnis-Susesno 1994,
19-20).
Pemahaman nilai moral perlu di dalam
melaksanakan sistem politik, baik di dalam negara atau pun di dalam tatanan
sosial masyarakat yang lain. Nilai moral dapat dijadikan sebagai ukuran untuk
menentukan patut atau tidaknya keputusan yang diambil di dalam sistem politis
yang terbentuk (Magnis-Suseno 1994, 15). Artinya setiap pengambilan keputusan
harus berdasarkan pertimbangan moral. Pertimbangan moral menjadi sarana untuk
melihat apakah keputusan tersebut patut dilaksanakan atau tidak. Pertimbangan
moral yang baik dapat diperoleh salah satunya dengan penghayatan iman manusia. Manusia
sebagai perpanjangan tangan Sang Kuasa untuk menunjukkan nilai-nilai kebaikan
di tengah kehidupan.
Kondisi yang dihadapi Luther pada masanya mirip
dengan kondisi di Indonesia. Tentu saja konteks permasalahan yang dihadapi
sangat berbeda. Luther melawan kebijakan indulgensi atau penjualan surat
pengampunan dosa, karena surat pengampunan dosa membawa dampak buruk bagi umat
pada saat itu. Hal tersebut bertentangan dengan prinsip Luther yang menekankan
keselamatan berasal dari Allah. Meski pun pada akhirnya Luther tetap
mendapatkan perlawanan dari berbagai kalangan (Grosshans 2001, 19). Luther pada
saat itu juga terus mengupayakan kitab suci yang dapat dibaca oleh semua orang.
Artinya Luther mengupayakan penerjemahan Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke
bahasa Jerman agar firman Allah dapat dipahami semua orang dan menjadi dasar
kehidupan umat Kristen (Grosshans 2001, 21). Hal tersebut bertujuan agar dampak
baik dari mengetahui firman Allah terasa bagi semua orang.
Penjabaran pada bagian sebelumnya
menunjukkan bahwa Luther ingin mengubah paradigma mengenai politik di dalam
gereja. Politik dapat membawa dampak sosial bagi manusia. Untuk itu politik
lebih ditekankan sebagai upaya untuk mewujudkan kehidupan bersama yang lebih
baik. Peristiwa yang dialami oleh Luther di dalam gereja juga menunjukkan bahwa
politik bukan hanya mempertahankan idealisme semata.
Pengambilan kebijakan sebagai bagian
dari politik yang membawa dampak bagi masyarakat menjadi sorotan. Politik di
Indonesia pada saat ini hanya menjadi panggung perebutan kekuasaan. Banyak
pejabat publik yang lupa akan tanggungjawab untuk melayani masyarakat.
Kebijakan politik kurang membawa dampak sosial dan pemikiran yang baik bagi
masyarakat (Hargen website 2016).
Kondisi yang demikian rumit memunculkan
sikap apatis dengan keadaan politik Indonesia. Akan tetapi beberapa waktu
belakangan muncul tokoh-tokoh politik yang membawa harapan baru bagi Indonesia.
Salah satunya adalah Basuki Tjahja Purnama, atau yang biasa disapa Ahoh. Saat
ini Ahok menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ahok saat ini menjadi public figure yang cukup terkenal di Indonesia.
Ahok dengan kebijakan publiknya
berupaya untuk mengintegrasikan program pemerintah dengan masyakarat. Salah
satu contoh kebijakan politik yang membawa pengaruh bagi masyarakat adalah
bantuan untuk masyarakat Jakarta yang kurang mampu. Misalnya, Ahok meneruskan program-program
pendahulunya, Joko Widodo dalam bantuan untuk masyarakat seperti Kartu Jakarta
Pintar (KJP) dan lain-lain (Deustche Welle website 2016).
Selain kebijakan politik yang
terintegrasi dengan masyarakat, Ahok juga melawan praktik korupsi di
pemerintahan dan membeberkannya di media. Hal tersebut menjadi daya tarik Ahok
lainnya di dalam masa jabatannya. Ahok tidak segan memecat orang-orang yang kedapatan
melalukan pelanggaran yang merugikan pemerintahan (Riaugreen website 2016).
Manuver-manuver yang dilakukan oleh
Ahok terasa seperti harapan baru di tengah perpolitikan Indonesia. Ahok
menunjukkan sikap untuk berbuat baik kepada orang banyak. Perbuatan baik untuk
orang banyak tersebut berasal dari kebijakan-kebijakan publik yang dibuat oleh
Ahok. Kebijakan Ahok juga membawa
pengaruh kepada orang-orang yang berada di dalam pemerintahan, sebagai upaya
untuk memberikan pemahaman mengenai pemerintahan yang berlangsung kepada
masyarakat, sebagai bagian dari politik yang membawa dampak sosial.
Apa yang dilakukan Ahok pada saat
ini jika dipandang dari sudut pandang Martin Luther dapat dikatakan sebagai
bentuk sebuah reformasi. Martin Luther dalam pemahaman mengenai konsekuensi
moral menekankan bahwa iman yang menyelamatkan harus terwujud dalam kasih dan
perbuatan baik yang bermanfaat bagi semua orang. Perbuatan-perbuatan tersebut
harus berujung pada perbuatan yang aktual. Contohnya adalah melawan ketidakadilam
di berbagai bidang dan melawan penguasa yang melupakan tanggungjawab yang
mereka miliki, sebagai bagian dari iman. (White 1981, 171).
Luther menekan juga mengenai
kekuasaan dalam politik. Kekuasaan yang dimiliki di dalam sistem politik akan
selalu berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang hendak diambil oleh
pihak-pihak yang berkuasa. Hal yang menjadi prioritas di dalam kekuasaan
politik didasari dengan nilai-nilai Kristen. Politik yang didasari oleh iman
Kristen menurut Luhter adalah politik yang nyata berupa aksi terhadap sesama. Aksi
terhadap sesama yang menjadi makna dari kewarganegaraan (Ulrich 2005, 37).
Jika melihat kinerja Ahok
berdasarakan perspektif Martin Luther, dapat dikatakan bahwa Ahok sedang
mengupayakan kebaikan bersama di dalam jabatan dan wewenang yang dia miliki.
Sebenarnya pada dasarnya politik harusnya membawa dampak sosial yang baik bagi
semua orang. Akan tetapi itu adalah sebuah pemahaman di dalam pemikiran, di
dalam praktiknya hal tersebut sulit terjadi. Di tengah kesulitan tersebut Ahok
dianggap sebagai pelopor dari gerakan politik yang membawa dampak bagi sesama.
Perlawanan Ahok terhadap
penyalahgunaan kekuasaan terlihat di dalam upayanya membongkar penyelewengan di
DPRD DKI Jakarta (Riaugreen website 2016). Ahok menggunakan otoritas yang dia
miliki sebagai gubernur untuk membongkar tatanan yang keliru di dalam
pemerintahan yang dia pimpin. Selain itu dia juga menggunakan otoritas yang ada
untuk mengambil sikap dalam penentuan kebijakan apakah sesuai dengan kebaikan
bersama untuk warga Jakarta atau tidak. Warga Jakarta pun puas dengan kinerja
yang ditunjukkan oleh gubernur mereka tersebut. Tingkat kepuasan warga Jakarta
terhadap gubernur mereka tersebut mencapai 81,5 persen, yang mengalami
peningkatan dari survei-survei sebelumnya (Liputan 6 website 2016) .
Kesimpulan
Kebaikan dan kehidupan politik menjadi beberapa
bagian dari etika Kristen Luther. Kebaikan menurut Luther adalah sebuah proses
untuk memperbaiki hidup dan mengupayakan hal-hal yang sifatnya baik (White
1981, 153). Selain itu kebaikan yang dimaksud juga harus di dasari pada hukum
Allah (White 1981, 158) dan menyadari pentingnya menjadi agen perubahan untuk
kehidupan yang lebih baik (Gritsch & Jenson 1976, 185-186). Dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa politik yang membawa pengaruh harus berjalan seiring
dengan kebaikan bersama berdasarkan hukum Allah, agar manusia memperoleh
keselamatan dan kehidupan yang lebih baik.
Ahok menunjukkan nilai-nilai
kekristenan dari etos kerjanya. Etos kerja yang mementingkan kepentingan
bersama menjadi nilai lebih Ahok dimata masyarakat. Selain itu keberanian dan
kegigihan untuk meluruskan kembali makna otoritas dalam politik pun menjadi
nilai lebih Ahok yang lain di tengah masyarakat. Politik yang mementingkan
rakyat dan membawa nilai kebaikan bagi semua orang menjadi kebutuhan utama
masyarakat Indonesia saat ini. Apa yang membuat Ahok dipuja oleh masyarakat
pada saat ini disebabkan karena melalui kebijakannya lebih mampu mengakomodir
kebutuhan masyarakat.
Ahok memberikan gambaran bagi
masyarakat Indonesia mengenai apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki
kehidupan bangsa. Ahok menunjukkan pentingnya nilai-nilai kebaikan bersama.
Sementara Etika Luther juga mengajarkan hal yang serupa melalui ajaran Etika
Kristen. Nilai penting dalam etika Kristen Luther mengenai kebaikan adalah
pentingnya untuk mendasari perbuatan baik atas dasar keyakinan akan keselamatan
dan hukum yang berasal dari Allah (White 1981, 158). Etika Kristen Luther
tersebut dapat membantu kita menyimpulkan bahwa kebaikan yang harus
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari harus didasari iman sebelum membawa
dampak bagi orang lain, salah satunya melalui politik. Politik yang baik akan
didukung oleh kebaikan untuk semua orang dan keyakinan dalam iman.
Daftar Acuan
Gritsch, Eric W and Robert W. Jenson: 1976. Lutheranism: The theological movement and
its
confessional writings. Philadelphia: Fortress Press.
Grosshans, Hans-Peter, 2001. Tokoh pemikir Kristen: Luther. Editor Peter Vardy.
Yogyakarta:
Kanisius.
Magnis-Suseno,
Frans. 1994. Etika politik:
Prinsip-prinsip moral dasar kenegaraan modern.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rendtorff,
Truzt. 1989. Ethics vol. 2: Applications
of an ethical theology. Translated by
Keith Crim. Minneapolis: Fortress
Press.
Ulrich,
Hans G. 2005. In On the grammar of Lutheran ethics. In Lutheran ethics at
The
intersections of God’s one world, Ed. Karen L. Bloomquist, 27-48. Geneva:
The Lutheran World Federation
Departement for Theology and Studies.
Exeter: The Paternoster Press.
Website
Hargen. Maraknya
Kondisi Politik di Indonesia di Kalangan Masyarakat.
http://www.hargen.co.id/news/2016/01/maraknya-kondisi-politik-indonesia-di-kalangan-masyarakat
(diakses 2 Mei 2016).
Deutsche Welle. Ahok, Gubernur Pertama Etnis
Tionghoa. http://www.dw.com/id/ahok- gubernur-pertama-etnis-tionghoa/a-17856713
(diakses 2 Mei 2016).
Liputan
6. Survei Tingkat Kepuasan Warga Terhadap Ahok 81,5 Persen
http://news.liputan6.com/read/2491978/survei-tingkat-kepuasan-warga-terhadap-ahok-815-persen (diakses 2 Mei 2016).
Riaugreen.
Bongkar Korupsi DPRD DKI, Ahok Dipuji Menteri, Gubernur dan Pejabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar