Jumat, 17 Februari 2017

Ketetapan Allah dan Pemerintah Analisis Nilai Etika Kristen dalam Kepatuhan terhadap Pemerintah berdasarkan Roma 13:2

Pendahuluan
            Pemerintah adalah bagian penting yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, termasuk umat manusia di dalamnya. Kehadiran pemerintah di tengah kehidupan sebagai institusi yang memiliki wewenang untuk mengatur kehidupan di suatu wilayah. Pemerintah mengatur, menjalankan dan mengawasi berbagai hal yang terjadi di wilayah yang menjadi daerah yang dipimpinnya. Akan tetapi pemerintahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah pemerintahan sipil.
            Roma 13:2 menyatakan bahwa perbuatan melawan pemerintah sebagai tindakan yang melawan ketetapan Allah. Selain itu di dalam Roma 13:2 juga dijelaskan bahwa bagi siapa yang melawan ketetapan Allah yang hadir di dalam pemerintah akan berujung pada hukuman bagi yang melawan pemerintah. Roma 13:2 yang saya angkat dalam tulisan ini jika dibaca sekilas menunjukkan bahwa pemerintah adalah institusi yang berupaya untuk menghadirkan kasih Allah melalui jalannya pemerintahan.
            Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana menerapkan dasar pemikiran dan pengambilan sikap etis kristiani berdasarkan Roma 13:2? Pertanyaan tersebut menjadi penting mengingat bahwa pemerintah adalah institusi yang menjadi pengatur jalannya kehidupan bagi masyarakat, termasuk umat Kristen di dalamnya. Pertanyaan tersebut juga harus diperhatikan mengingat realita kompleksitas dalam jalannya pemerintahan, yang di dalamnya terjadi berbagai hal dan fenomena yang membawa pengaruh bagi masyarakat yang dinaunginya.
Pembahasan
            Surat Paulus kepada jemaat di Roma adalah salah satu surat yang ditulis oleh Paulus dalam perjalanan pemberitaan Injil yang dilakukannya. Roma adalah sebuah kota yang menjadi pusat dar pemerintahan kekaisaran Romawi. Penduduk Roma terdiri dari orang-orang dari berbagai suku, termasuk di dalamnya orang-orang Yahudi dari Palestina. Berbagai kelompok penduduk termasuk di dalamnya masyarakat Yahudi berkumpul dengan kelompok mereka dan menjalankan ajaran agama mereka masing-masing (Hakh 2010, 198).
            Roma yang menjadi pusat kekaisaran Romawi menjadi pusat dari keagamaan pada saat itu, selain sebagai pusat pemerintahan. Kaisar Agustus yang memiliki gelar Pontifex Maximus atau imam besar mebangun kembali kuil-kuil di Roma. Kaisar Agustus yang menjadi imam agung membuat dia disembah di dalam kultus-kultus penyembahan yang dilakukan di berbagai provinsi dalam kekaisaran Romawi, termasuk di sekitar tempat masyarakat Yahudi bermukim (Hakh 2010, 199).
            Jemaat di Roma pada saat itu memiliki beberapa masalah. Paulus melalui suratnya mencoba memberi penguatan kepada jemaat di Roma. Salah satu pergumulan yang dihadapi jemaat di Roma pada saat itu adalah hubungan antara pemerintah dan gereja. Situasi yang terjadi pada saat itu adalah orang Kristen mengalami penganiayaan di Roma. Di tengah penganiayaan yang terjadi terhadap jemaat Roma, Paulus mengangkat pokok permasalahan mengenai hubungan antara pemerintah dan gereja. Paulus dalam Roma 13:1-7 menasihati jemaat bagaimana harus bersikap terhadap pemerintah (Hakh 2010, 202).
            Jika melihat teks Roma 13: 2 dan teks Roma 13:1-7 secara keseluruhan, teks ini memberi kesan bahwa di dalam nas ini tidak terdapat pembahasan mengenai kristologi dan eskatologi di dalamnya. Pemahaman yang diangkat Paulus dalam teks ini lebih kepada interaksi antara jemaat pada saat itu dengan pemerintah. Pemahaman dalam teks ini menekankan bahwa kehadiran pemerintah dipahami sebagai pelayanan untuk Tuhan dalam bingkai pekerjaan, otoritas dan kepercayaan yang diterima dari publik (Ksemann 1980, 351).
            Roma 13:2 menunjukkan bahwa perlawanan terhadap pemerintah adalah perlawanan terhadap perwujudan Allah. Penghakiman yang dimaksud di dalam teks ini adalah penghakiman yang berasal dari Allah, bukanlah penghakiman yang berasal dari sikap terbeban pemerintah (Rhys 1961, 165). Ayat 2 dalam Roma 13:1-7 ini berasal dari pernyataan Paulus yang memperkuat bahwa penghukuman yang datang berasal dari Allah (Bible.org website 2016).
             Fakta yang harus diperhatikan adalah surat ini ditulis dalam konteks pemerintahan diktator dan korupsi di dalamnya. Paulus mengangkat aspek keadilan dan upaya untuk memperlihatkan bagaimana ukuran dalam memandang kepercayaan terhadap pemerintah dengan keadaan tersebut. Secara tersirat Paulus juga menekankan bahwa ada rancangan yang berasal dari Allah di dalam pemerintahan. Akan tetapi di dalam pemaknaan tersebut ada keterbatasan dalam pemahaman terhadap pemerintah. Artinya pemerintah tidak dapat menggambarkan dengan sempurna kasih yang harus diwujudnyatakan di dalam jalannya pemerintahan. Paulus juga menyadari bahwa dunia adalah ciptaan yang rapuh dan Paulus juga menekankan kuasa Allah yang hadir di dalam proses yang terjadi di dunia (Ksemann 1980, 356).
            Paulus dalam Roma 13:2 dan juga dalam kaitannya dengan keseluruhan teks menunjukkan adanya kritik terhadap pemerintahan pada saat itu. Bahasa kritik Paulus di dalam teks ini ditunjukkan dengan cara yang halus. Akan tetapi kritik yang halus itu bukan berarti tidak dapat disadari. Kritik tersebut sangat terasa ditujukan kepada pemerintah kekaisaran Romawi yang berpusat di Roma (Elliot 2008, 154). Teks Roma 13:2 berdasarkan penjabaran ini dapat dibaca sebagai kritik tersirat terhadap pemerintahan yang tidak dapat menunjukkan diri sebagai perwujudan ketetapan Allah, berdasarkan konteks Roma pada masa Paulus.
            Roma 13:2 menjabarkan apa yang terjadi jika masyarakat termasuk umat Kristen tidak patuh pada pemerintahan. Akan tetapi pada kontesk surat Roma pemerintahan yang memimpin pada saat itu tidak dapat mengayomi masyarakatnya dengan baik. Paulus menekankan di dalam surat Roma kritik terhadap pemerintah. Paulus menekankan bahwa pemerintahan adalah pengaturan dalam tatanan kehidupan yang diharapkan dapat menggambarkan kasih Allah dan menyatakan keadilan di tengah wewenangnya untuk pemerintah.
            Yoder mengatakan bahwa di dalam pemerintahan atau negara adalah salah satu bagian dari politik yang menjadi fenomena yang sifatnya fundamental dalam interaksi sosial dengan otoritas yang tinggi. Hal tersebut menjadi representasi di tengah masyarakat terhadap pemerintah dan politik di dalamnya. Roma 13 secara keseluruhan menjadi landasan untuk menjalankan otoritas dan kehidupan oemerintahan di tengah interaksi sosial (Yoder 1946, 12).
            Yoder juga menjabarkan bahwa gereja dan kekristenan harus berperan di dalam kehidupan yang dipenuhi dengan dominasi berbagai kekuatan yang menekan di zaman yang diwarnai berbagai dinamika, termasuk dinamika yang destruktif. Gereja diharapkan tidak hanya memberi stimulus berupa nilai moral terhadap masyarakat dan pemerintah. Akan tetapi diharapkan gereja dapat memberikan kerja nyata di tengah masyarakat untuk menunjukkan kehadiran gereja di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu gereja juga diharapkan mendukung pemerintah yang menunjukkan nilai-nilai kekristenan yang dapat menunjukkan kasih Allah di tengah dunia (Yoder 1946, 13). Hal tersebut diharapkan mampu mewujudkan visi Paulus terhadap pemerintahan berdasarkan surat Roma.
            Gereja diharapkan menyadari posisinya dalam politik. Gereja diharapkan menyadari bahwa politik adalah sebuah jalan kesucian yang didasari oleh keyakinan iman bahwa setiap jemaat dipanggil untuk mewujudkan keselamatan. Akan tetapi keselamatan yang dimaksud adalah keterlibatan mewujudkan keselamatan dan kasih Allah dalam dunia. Keselamtan yang coba dinyatakan adalah keselamatan yang merangkul seluruh dimensi kehidupan manusia dan menjangkau semua orang (Olla 2014, 69).
            Pemerintahan adalah sebuah pola pengaturan sosial yang di dalamnya terdapat aspek politik. Jika berdasarkan pada pernyataan tersebut, maka dapat ditarik pemahaman bahwa politik adalah jalan untuk mewujudkan keadalin. Pemahaman tersebut memiliki kesamaan dengan nilai-nilai Kristen yang dibawa oleh Paulus secara tersirat di dalam Roma 13:2. Paulus Yan Olla menjabarkan betapa pentingnya peran politik yang diterapkan dalam pemerintahan:

Keterlibatan dalam politik merupakan perwujudan kasih. Dengan demikian, orang Kristiani melihat medan politik yang otonomitu sebagai lahan untuk melayani manusia dan mencari bersama masyarakatnya kesejahteraan umum. Dengan tetap menghargai otonomi dunia, orang Kristiani yang terlibat politik berusaha mengarahkan dunia pada pembangunan “budaya kasih” (Olla 2014, 71).

            Politik yang menjadi bagian dalam pemerintahan adalah jalan kesucian. Di dalam pemerintahan diharapkan dalam menjalankan roda pemerintahan dapat menunjukkan kasih. Pemerintahan yang hadir di tengah masyarakat menjadi representasi kebaikan Allah. Meski pun otoritas yang dimiliki pemerintahan sering kali menjadi penghambat terwujudnya kasih Allah dalam pelaksanaan pemerintahan.
Penutup
            Roma 13:2 dapat dijadikan sebagai dasar etik Kristen dalam memahami kehadiran pemerintah. Keadilan sebagai perwujudan kasih Allah adalah gambaran pemerintahan yang berasal dari ketetapan Allah. Akan tetapi untuk menjadikan Roma 13:2 sebagai landasan etik Kristen terhadap pemerintahan, makan harus dilakukan interpretasi yang sangat memperhatikan konteks surat Roma. Pasalnya Roma 13:2 menjadi sindiran atau kritik yang disampaikan secara halus terhadap pemerintah yang berjalan kurang baik pada saat itu. Hal itu bertujuan agar nilai keadilan dan pelaksanaan tanggungjawab menjadi yang utama dalam nilai etis dari Roma 13:2.
Daftar Acuan
Elliott, Neil. 2008. The Arrogance of Nations: Reading Romans in the shadow of empire.
            Minneapollis: Fortress Press.
Hakh, Samuel Benyamin. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, pengantar dan pokok-pokok
teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi.
Ksemann, Ernst. 1980. Commentary on Romans. London: SCM Press Ltd.
Olla, Paulinus Yan. 2014. Spiritualitas politik: Kesucian politik dalam perspektif kristiani.
            Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rhys, Howard. 1961. The epistle to the Romans. New York: The Macmillan Company.
Yoder, John Howard. 1946. The Christian witness to the state. Kansas: Faith and Life Press.
Website

Bible.Org. The Christian and Civil Government. https://bible.org/seriespage/33-christian-and-civil-government-romans-131-7 (Diakses 8 Desember 2016).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar